, ,

Di sebuah rumah sederhana di Dendengan Luar, KIP Kuliah Ubah Air Mata Jadi Semangat Juang

by -70 Views
cek disini

Klaudia Modali dan KIP Kuliah: Menjahit Harapan dari Dendengan Luar

News Airmadidi– Di sebuah sudut kecil Dendengan Luar, Manado, di antara gemercik hujan dan terik matahari yang sama-sama membasahi bumi Sulawesi Utara, seorang gadis muda bernama Klaudia Modali tak henti menenun mimpi. Mimpi yang bagi banyak anak seusianya di kota besar mungkin sudah jadi hak, baginya dulu adalah sebuah kemewahan yang terasa begitu jauh. Namun, dari balik tembok kesederhanaan dan keprihatinan, Klaudia membuktikan satu hal: harapan itu tidak pernah punah; ia hanya perlu dijahit dengan benang ketekunan, doa, dan kesempatan.

Lahir dan dibesarkan dalam dekapan keluarga yang sarat dengan perjuangan, Klaudia tumbuh dengan pemahaman matang bahwa hidup bukanlah perlombaan sprint, melainkan sebuah maraton ketabahan. Ayahnya, Alm. Alfonst Modali, adalah seorang buruh dengan penghasilan yang tak menentu, mengandalkan tenaganya yang kian menipis seiring usia dan penyakit. Ibunya, Yulin Lesawengen, adalah sosok penopang sejati. Di siang hari, ia membersihkan kotoran orang lain di sebuah pom bensin, dan di malam hari, ia merawat keluarganya dengan tangan yang sama, kerap disertai derita sakit asam lambung yang tak pernah dijadikannya alasan untuk berhenti.

“Ibu saya adalah pahlawan tanpa jubah. Melihat beliau tetap tersenyum dan bekerja keras meski tubuhnya lelah dan perih, itu yang mengajari saya arti pantang menyerah,” kenang Klaudia dengan suara lirih penuh hormat.

Lalu, pada suatu hari di April yang kelam, sangkar keluarga mereka kehilangan salah satu penopangnya. Sang ayah, Alfonst Modali, berpulang setelah sekian lama berjuang melawan sakit. Kepergiannya meninggalkan lubang yang dalam, sebuah kesedihan yang bisa dengan mudah meruntuhkan semangat siapa pun. Namun, di puing-puing kehilangan itu, Klaudia justru menemukan sebuah kekuatan baru. Air mata yang tumpah bukan melemahkan, melainkan menyirami benih tekad yang sudah tertanam di hatinya. Ia berjanji, perjuangan dan cinta tanpa syarat dari kedua orang tuanya tidak akan sia-sia.

“Saya belajar bahwa di balik setiap kehilangan, tersembunyi sebuah dorongan untuk menjadi manusia yang lebih kuat. Ayah mungkin telah pergi, tetapi impiannya untuk melihat saya sukses tetap hidup,” ujar gadis berambut panjang hitam itu dengan mata yang berbinar.

KIP Kuliah: Sebuah Pintu yang Terbuka di Ujung Lorong Gelap

Di tengah kepungan keterbatasan ekonomi, kabar penerimaannya sebagai mahasiswi D4 Akuntansi Keuangan Politeknik Negeri Manado disambut dengan suka cita yang bercampur kecemasan. Bagaimana membiayainya? Pertanyaan itu menggantung seperti awan kelam. Namun, takdir baik berpihak. Klaudia diterima sebagai penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah).

Momen itu bukan sekadar pengumuman administratif belaka. Ia adalah sebuah pintu yang terbuka lebar di ujung lorong yang gelap. Bantuan KIP Kuliah bagaikan oksigen bagi impiannya yang hampir kehabisan napas. Program pemerintah ini tidak hanya menanggung biaya kuliahnya, tetapi juga memberikan tunjangan hidup yang meski sederhana, telah memberinya rasa aman dan ruang untuk bernapas lega.

Sekian Bantuan Biaya Hidup KIP Kuliah 2024, Capai Rp 1,4 Juta Per Bulan

Baca Juga: UTD PMI Minut Optimalisasikan Kerja Sama Aksi Donor Darah

“Saya sangat bersyukur dan terharu. Dengan KIP Kuliah, saya bisa melanjutkan kuliah tanpa harus membebani mama. Beban yang selama ini menggelayuti pikiran ibu, sedikit banyak terangkat. Ini adalah anugerah yang tidak ternilai,” ucap Klaudia, rasa syukur terdengar jelas dalam setiap katanya.

Perjalanan Akademik: Lebih dari Sekadar Angka dan Indeks Prestasi

Menjadi mahasiswi penerima KIP Kuliah bukanlah tiket untuk bermalas-malasan. Justru, itu adalah sebuah amanah. Klaudia menyadari betul bahwa kesempatan ini adalah hasil dari jerih payah orang tua dan kepercayaan dari negara. Di kampus, ia adalah sosok yang serius dan haus akan ilmu. Jurusan Akuntansi Keuangan dipilihnya dengan keyakinan bahwa bidang ini akan memberinya bekal nyata untuk mengubah nasib keluarganya.

Tentu, perjalanannya tak selalu mulus. Ada hari-hari di mana uang saku pas-pasan, memaksanya untuk berhitung lebih cermat. Ada saat di mana rasa lelah dan kerinduan akan sang ayah menyerang. Namun, bagi Klaudia, semua tantangan ini adalah bagian dari proses pembentukan karakter.

“Saya belajar untuk selalu bersyukur dan tidak membandingkan jalan hidup saya dengan orang lain. Setiap kesulitan yang saya lewati saat ini adalah guru yang membawa pelajaran berharga untuk masa depan,” tuturnya dengan kebijaksanaan yang melebihi usianya.

Sosok ibunya tetap menjadi kompas dan sumber kekuatan terbesarnya. Setiap kali rasa lelah datang, bayangan ibunya yang tetap berdiri membawa peluh demi sesuap nasi menjadi pengingat yang paling powerful. “Saya ingin membahagiakan mama. Saya ingin suatu hari nanti, beliau bisa beristirahat dan menikmati hasil jerih payahnya. Melihat senyum kebanggaan di wajahnya adalah motivasi terbesar saya,” tekadnya.

Mimpi yang Melampaui Diri: Berbagi dan Memotivasi

Bagi Klaudia, pendidikan bukanlah sekadar tiket untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ia memandangnya sebagai sebuah alat transformasi—bagi dirinya, keluarganya, dan bagi masyarakat di sekitarnya. Ilmu yang ia dapat di bangku kuliah bukanlah milik pribadi yang harus disimpan, melainkan sebuah obor yang harus diteruskan.

“Setelah lulus nanti, impian saya bukan hanya membahagiakan mama, tetapi juga ingin terlibat dalam kegiatan sosial dan memotivasi anak-anak lain yang mungkin sedang berada dalam situasi seperti saya dulu,” ujarnya dengan penuh semangat. “Saya ingin menjadi bukti nyata dan berteriak pada mereka: ‘Jangan menyerah! Lihat, ada KIP Kuliah, ada jalan! Asalkan kita mau berusaha dan berdoa, pasti ada celah harapan.’”

Dalam setiap langkahnya, Klaudia memegang teguh prinsip sederhana namun penuh makna: selalu bersyukur dan berani mencoba. Ia percaya, diam di tempat tidak akan pernah membawanya ke mana pun. “Kita tidak akan pernah tahu hasilnya kalau tidak berani melangkah. Kegagalan itu lebih terhormat daripada penyesalan karena tidak pernah mencoba,” katanya dengan keyakinan yang teguh.

tokopedia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.