News Airmadidi – ALTO PROJECT kembali memikat perhatian dunia fashion Indonesia dengan merilis koleksi Spring-Summer 2026 bertajuk Unalome. Perhelatan ini berlangsung dalam fashion show eksklusif di LOMMA pada Kamis (7/8), dilanjutkan pameran dua hari agar publik dapat menikmati karya secara lebih mendalam.
Label yang digawangi oleh Cynthia Vicario dan Abirama ini memadukan kekayaan budaya Nusantara, seni rupa, dan filosofi hidup. ALTO PROJECT menggandeng seniman Ryan Geraldin untuk mengangkat simbol unalome, ikon spiritualisme Timur yang melambangkan perjalanan hidup manusia.

Perpaduan Filosofi dan Budaya Lokal
Dalam koleksi ini, unalome tak hanya dihadirkan dalam bentuk simbolis, tetapi juga dipadukan dengan motif tiga budaya Indonesia: Dayak, Sumba Timur, dan Toraja. Ketiganya mewakili fase kehidupan—kelahiran, kehidupan, dan kematian—yang digambarkan melalui garis kekal khas Ryan Geraldin.
Baca Juga : Dari Dapur jadi Tiga Cabang, Mr Bigul Sajikan Kuliner Babi dengan Perpaduan Rasa Chinese Food dan Manado
Sebanyak 30 busana ditampilkan, terdiri dari 27 ready-to-wear dan 3 couture, menghadirkan gaya androgini khas ALTO PROJECT. Siluet longgar dan terstruktur berpadu harmonis dengan palet warna natural seperti off-white, krem, biru indigo, merah secang, hingga monokrom hitam-putih.
Wastra Tenun sebagai Kanvas Utama
Koleksi ini berfokus pada penggunaan wastra tenun sebagai media utama. ALTO PROJECT berkolaborasi dengan Cita Tenun Indonesia untuk menyulam motif rancangan Ryan Geraldin menggunakan teknik tradisional. Cynthia Vicario menegaskan bahwa keterlibatannya dalam proses kreatif ini merupakan bentuk cintanya terhadap wastra Indonesia yang telah tumbuh sejak usia 18 tahun.
“Saya selalu ingin dekat dengan wastra. Bukan hanya sebagai bahan, tetapi sebagai narasi budaya,” ungkap Cynthia. Ia bahkan ikut merancang motif tekstil selama tiga bulan dengan delapan kali revisi untuk mencapai hasil yang sempurna.
Dari Runway ke Instalasi Seni
Tak hanya hadir di panggung mode, motif Unalome juga dituangkan ke dalam instalasi seni dan kanvas. Koleksi ini menampilkan sulaman tangan menggunakan benang flannel dari Solo, dirangkai dari tujuh jenis serat alami berpewarna organik.
Format pameran dipilih agar publik dapat menikmati detail karya secara menyeluruh. “Sayang jika hanya dilihat di runway. Konsep ini punya nyawa yang bisa tumbuh di media lain,” ujar Cynthia.
Kehadiran Unalome menjadi bukti bahwa ALTO PROJECT mampu memadukan filosofi hidup, seni visual, dan wastra Nusantara dalam satu narasi yang kuat. Koleksi ini tidak hanya menonjolkan estetika, tetapi juga memperkaya apresiasi terhadap budaya Indonesia di kancah fashion modern.